Setiap tahun jumlah penduduk di dunia akan senantiasa bertambah, tidak terkecuali Indonesia jumlah kelahiran penduduk menunjukan peningkatan yang signifikan. Jumlah kelahiran penduduk yang semakin bertambah ini mengakibatkan kondisi Indonesia akan mendapatkan “bonus demografi”. Bonus demografi menurut Prof. Sri Moertiningsih Adioetomo, peneliti Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, adalah kondisi atau keadaan dimana komposisi jumlah penduduk usia produktif 15-64 tahun lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk usia tidak produktif atau usia antara dibawah 15 tahun dan diatas 65 tahun, hal inilah yang dimaksud dengan generasi emas 2045. Lebih lanjut diterangkan bahwa usia produktif adalah usia penduduk yang dapat bekerja dan bermanfaat bagi suatu negara. Indonesia akan memasuki tahap dimana akan memiliki bonus demografi, hal ini akan menjadi modal dasar dalam pembangunan di Indonesia. Sehingga dengan jumlah penduduk produktif yang besar akan dapat memenuhi kebutuhan untuk membangun disegala sektor. Tenaga kerja yang dibutuhkan harus dipersiapkan baik bidang pendidikan maupun ketrampilan dan jika tidak dipersiapkan maka jumlah tenaga yang besar malah akan membawa petaka dan menjadi kutukan demografi dan beban bagi negara.
Berdasarkan siaran pers Kementerian PPN/Bappenas Jakarta, 22 Mei 2017 mendeskripsikan bahwa pada tahun 2030-2040, Indonesia akan mengalami bonus demografi, dimana pada tahun tersebut penduduk usia produktif diprediksi mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa. Bonus demografi selain memberikan dampak positif keuntungan dan kesempatan bagi negara berkembang untuk menjadi negara maju dan juga jumlah usia tidak produktif akan ditanggung oleh usia produktif, namun ternyata bonus demografi juga bisa menjadi bahaya dan ancaman bagi sebuah negara jika tidak dipersiapkan dengan baik. Terkait dengan penyiapan sumber daya manusia yang akan menentukan tingkat keberhasilan negara dalam memanfaatkan peluang bonus demografi ini, Jika tidak memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, maka dipastikan saat memasuki bonus demografi dimana jumlah pengangguran akan meningkat.
Agar negara kita dapat memetik manfaat maksimal dari bonus demografi, maka ketersediaan sumber daya manusia usia produktif yang melimpah harus diimbangi dengan peningkatan kualitas dari sisi pendidikan. Dunia pendidikan merupakan embrio peningkatan kualitas manusia dan membekali SDM-SDM generasi yang akan datang agar mempunyai bekal keterampilan dan pengetahuan untuk meneruskan pembangunan ini. Oleh sebab itu timbul suatu pertanyaan, sudah siap kah tenaga pendidik dalam hal ini guru-guru kita menghantarkan SDM-SDM generasi 2045 untuk berkompetensi dan mensukseskan Indonesia menjadi negara yang maju dan sejahtera ? Apakah ada strategi tertentu terutama pembinaan internal seorang guru dalam meningkatkan kompetensi yang menunjang ? Dari pertanyaan ini, penulis tertarik untuk menulis artikel terkait dengan kompetensi internal pendidik yaitu optimalisasi pendidik untuk mensukseskan generasi emas 2045 yang akan datang.
Mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten merupakan embrio dari keberhasilan dan kemajuan bangsa Indonesia. Pendidik atau Guru memiliki peran sangat strategis bagi keberhasilan dunia akademis/pendidikan. Pendidik dalam hal ini guru memiliki kedudukan yang terhormat untuk melahirkan generasi emas Indonesia. Kedepan pendidikan yang unggul dan berkualitas menuntut guru untuk inovatif, kreatif dan pionir dalam mendesain kegiatan pembelajaran yang bermutu guna menghadapi generasi emas Indonesia Tahun 2045. Oleh sebab itu melalui artikel ini, penulis memberikan deskripsi terkait dengan kompetensi pendidik dalam mensukseskan generasi emas Indonesia 2045 yang akan datang. Adapun langkah-langkah dalam mempersiapkan sumber daya yang handal bagi seorang pendidik diantaranya :
- Penguasaan IT dan materi pelajaran.
Dalam menghadapi kemajuan teknologi, guru dituntut adaptif terhadap perubahan jaman. Hal ini selaras dengan PP Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru, dimana dinyatakan ada empat kompetensi yang harus dikuasai oleh guru yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Kompetensi profesional dapat diartikan sebagai kemampuan guru untuk menguasai serta memanfaatkan berbagai sumber daya untuk mendukung pembelajaran, termasuk kemampuan untuk menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi informasi dan komunikasi sesuai dengan perkembangan zaman.
Guru memegang peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, oleh karena itu pengetahuan, keterampilan serta penguasaan teknologi informasi dan komunikasi guna mendukung proses pembelajaran menjadi sesuatu hal yang berguna untuk diketahui oleh guru saat ini (Tekege, 2017). Di sini sangat penting bagi guru untuk menguasai ilmu komputer. Pendidik diharapkan menguasai aplikasi MS Word, Microsoft Excel, Microsoft Power Point. Karena ketika guru mampu menggunakan aplikasi tersebut guru akan mampu membuat administrasi guru dan bahkan membuat buku, artikel, karya ilmiah, PTK yang sekarang menjadi kebutuhan guru untuk kenaikan angka kredit.
Berkaitan dengan pengolahan nilai, guru bisa memanfaatkan teknologi Microsoft Excel. Guru tidak perlu menggunakan kalkulator untuk menghitung nilai rata rata siswa tapi cukup dengan rumus/formula yang ada di MS Excel untuk pengolahan data. Format penilaian yang sekarang berbentuk e-raport juga menuntut guru harus mengolah angka angka hingga berbentuk laporan deskripsi atas hasil belajar siswa.
Aplikasi selanjutnya adalah power point. Aplikasi ini sangat berguna bagi guru untuk menayangkan pembelajaran dalam bentuk presentasi dan animasi. Ilmu dasar PPT sangat berguna bagi guru untuk menerangkan materi dalam bentuk yang lebih ringkas dan lebih menarik sehingga siswa tidak bosan dalam menerima pembelajaran. Ada satu keahlian lagi dari ilmu komputer yang harus dimiliki seorang pendidik yaitu ilmu mencetak naskah. Bagaimana guru bisa mendesign kertas dan mengatur margin sangat diperlukan agar guru bisa mencetak dokument dan membuat naskah sesuai dengan kebutuhan guru. Trus bagaimana dengan guru yang gagap teknologi?
Gagap teknologi berarti guru yang tidak pandai mengoperasikan teknologi secara baik yang disebabkan karena ketidaktahuan dengan kemajuan teknologi yang ada. Darmawan (2013) dalam berbagai hasil penelitian dan tulisan, mensinyalir ada sekitar 70 s/d 90% guru yang masih gagap teknologi. Jika kondisi ini benar demikian, alangkah sangat memprihatinkan. Betapa tidak, sebab di tengah didengungkannya pembelajaran interaktif (e-learning) dan virtual , alangkah ironis bila gurunya sendiri tidak mampu menggunakan teknologi yang sudah menjadi kebutuhan utama guru apalagi di masa pandemi ini. Terus, apa yang harus dilakukan seorang guru untuk mengatasi gagap teknologi ini?
Nurhayati (2016) menyebutkan ada 3 cara dalam mengatasi problematika guru dalam bidang teknologi. Diantaranya 1) pengadaan sarana lengkap dan memadai bagi guru; 2) melaksanakan program pelatihan rutin dalam bidang TIK dalam proses pembelajaran; dan 3) melaksanakan kegiatan pelatihan tentang metode pembelajaran yang efektif dan efisien. Secara umum, gagap teknologi diakibatkan guru tidak mau belajar, masih konvensional, dan tidak mau beradaptasi dengan hal-hal baru . Dalam hal ini guru seharusnya tidak malas untuk belajar , mau meningkatkan kualitas dirinya, dan terbuka terhadap perubahan zaman. Hal ini sejalan dengan pernyataan Mohammad Ihsan dalam seminarnya. Beliau menuturkan ketika guru berani mengajar, maka guru harus siap untuk tidak pernah berhenti belajar. Karena Guru yang tidak mau belajar maka sejatinya guru tersebut telah berhenti menjadi guru.Dan hanya satu cara untuk mengatasi hal tersebut yaitu sadar diri untuk menjadi guru yang baik dan ketersediaan guru untuk mau belajar dengan mengikuti pelatihan.
2. Inovasi mengajar.
Kemampuan IT dan penguasaan materi pelajaran diaktualisasikan dengan inovasi-inovasi yang mendukung agar tercapai akselerasi kompetensi guru. Salah satunya adalah guru mampu menerapkan aplikasi penilaian berbasis internet. Aplikasi berbasis internet meliputi software seperti socrative, quizizz, kahoot, google form dll itu adalah aplikasi yang sangat user-friendly,mudah diakses, memiliki fitur dan tampilan yang sangat menarik sehingga mudah dipelajari. Siswa menjawab soal dalam bentuk kuis yang disajikan sangat menarik sehingga peserta didik termotivasi untuk terus mengikuti pembelajaran. Fitur tersebut juga memungkinkan siswa dekat satu sama lain, karena ada challenge/tantangan dalam aplikasi tersebut sehingga siswa bisa berkompetisi satu sama lain. Guru juga dapat menghemat banyak waktu dalam pengoreksian. Karena fitur tersebut memungkinkan sistem untuk mengoreksi, menilai,memberikan umpan balik serta memberikan report hasil kuis secara otomatis dan memberikan hasil analisis butir soal . Jadi tidak ada alasan lagi untuk guru untuk tidak menggunakan fitur tersebut, karena terbukti meringankan tugas guru.
- Produktivitas dalam berkarya
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim,di harian Kompas tanggal 15 Desember 2020 menyatakan bahwa salah satu sinyalemen bangsa produktif adalah ketika ada semangat bagi guru untuk berkarya dan terus mencoba hal hal yang baru. Pertanyaan disini seperti apa bentuk kemerdekaan dalam berkarya bagi seorang guru?
Pertama, mau mengaplikasikan fitur digital. Diharapkan guru familiar istilah asing dan bisa literate untuk mengaplikasikan berbagai aplikasi digital seperti ruang untuk virtual seperti zoom meeting, google meet,webex, teams. Dan juga ketrampilan lain seperti download, upload, google classroom, google form, canva, nearpod, dll. Fitur tersebut saat ini memang sangat dibutuhkan dalam kelas Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) maupun video conference. Diharapkan guru tidak hanya menjadi konsumen sebuah pelatihan tapi bisa ambil bagian menjadi penggerak/produsen/penyelenggara/host dari sebuah pelatihan.
Kedua, rajin mengikuti pelatihan. Salah satu cara agar guru bisa terus meng-update dan meng-upgrade performa diri guru adalah dengan rajin mengikuti pelatihan, workshop,webinar, kursus, dan seminar yang sekarang bertebaran di dunia maya. Bahkan kita juga tidak perlu beranjak dari rumah, karena hanya dengan bermodal mobile phone dan kuota internet, guru dapat mengunduh ilmu-ilmu baru secara gratis. Contoh, kita bisa mengakses kelas di kampus-kampus prestisius Amerika Serikat (Ivy League) lewat Massive Open Online Courses (MOOC). Diharapkan dari kelas kelas pelatihan tersebut, guru bisa berbagi pengalaman terbaik (best practice) dengan para narasumber untuk bisa di amati, ditiru dan dimodifikasi.
Ketiga, menjadi penulis. Para guru harus produktif dan semangat dalam menghasilkan karya yang menginspirasi. Ada banyak contoh karya yang bisa pendidik lakukan yaitu menulis buku tunggal, buku antologi, bunga rampai, prosiding, omnibus, compendium, artikel lepas, ilmiah, populer bahkan PTK. Dengan menulis, selain guru mendapatkan wawasan pengetahuan dan tambah percaya diri, guru juga akan mendapat poin (angka kredit) untuk kenaikan pangkat dan juga bisa mendapatkan insentif dari hasil menulis.
4. Membangun komunitas.
Komunitas adalah wadah untuk menjalin relasi dan pedoman agar komunitas guru sama visi, misi serta persepsi. Pendidik mempunyai organisasi profesi yang sah menurut Undang undang no 14 tahun 2005. Disebutkan salah satu tujuan organisasi profesi adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan profesional dan kompetensi guru.Pendidik hendaknya bergabung dengan organisasi yang bisa meningkatkan kompetensi guru seperti (PGRI),Ikatan Guru Indonesia,MGMP,KKG yang membuat kita selalu update akan ilmu.Guru juga bisa bergabung di grup WA, FB, telegram dan grup-grup lainnya yang bersifat positif konstruktif.
Tantangan dalam menghadapi generasi emas 2045 adalah sebuah tuntutan yang harus dimaksimalkan oleh segenap bangsa Indonesia untuk menghadapi bonus demografi, dimana pada tahun 2045, penduduk usia produktif di Indonesia diprediksi mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa. Pembinaan internal pendidik merupakan sedikit solusi dari banyak tuntutan yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik untuk menyiapkan golden generation. Kompetensi yang mutlak harus dimiliki adalah penguasaan IT dan materi pelajaran, inovasi dalam mengajar, produktivitas dalam berkarya, dan mampu membangun komunitas. Jadilah pendidik yang kompeten untuk mempersiapkan anak didik yang bisa meneruskan estafet pembangunan di tahun mendatang. Semoga bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju, bermartabat dan diperhitungkan dalam kancah internasional. (Admin/Editor)
Daftar Pustaka
Asmani, Jamal ma’mur, 2016, Tips Efekif Cooperotive Learning: Pembelajaran aktif, kreatif dan tidak membosankan, Yogyakarta: Diva Press
Adioetimo, Sri Moertiningsih 2018, Memetik Bonus Demografi: Membangun Manusia Sejak Dini. Depok: PT Raja Grafindo Persada.
Darmawan, Deni. 2013. Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
https://www.bappenas.go.id/files/9215/0397/6050/Siaran_Pers_-_Peer_Learning_and_Knowledge_Sharing_Workshop.pdf .Diakses hari kamis, 1 Juli 2021
https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/memanfaatkan-gadget-peserta-didik-dalam-pembelajaran-sosiologi-secara-daring. diakses senin 5 Juli 2021
https://www.igi.or.id/muh-ihsan-siapa-berani-mengajar-harus-siap-tak-berhenti-belajar.html. diakses Rabu 7 Juli 2021
https://www.kompas.com/edu/read/2020/12/15/103134571/mendikbud-siswa-dan-guru-harus-banyak-tanya-dan-berkarya. Diakses Rabu 7 Juli 2021
http://pgri-jateng.info/archive/read/87/pgri–fungsi-organisasi-profesi-guru. Diakses Sabtu 10 Juli 2021
Nurhayati, T. 2016. Problematika Guru dalam Menguasai TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Solusinya di MI Al-Asy’ari Kuniran Batangan Kabupaten Pati. [Skripsi]: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Walisongo. Semarang.
Right Asrul, 2018 Guru 5G, Kok masih mau jadi guru biasa biasa? Solo : PT Metagraf
Tekege, M. 2017. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran SMA YPPGI Nabire. Jurnal Teknologi dan Rekayasa, 2(1), 40-58.
Penulis adalah seorang guru bahasa Inggris di sebuah MAN di kabupaten Magelang. Ibu dari dua anak Hilmi dan Luthfi ini, selain aktif menjadi PNS sejak tahun 2005 di kementrian Agama juga menjadi owner lembaga bimbingan belajar yang sudah tersebar di 5 cabang di kabupaten dan kota Magelang. Ibu kelahiran 1980 ini juga ketua di salah satu organisasi massa di kecamatan Selain aktif di kecamatan , penulis juga menjadi pengurus Ormas tersebut di tingkat kabupaten Magelang. Penulis menyelesaikan pendidikan dari SD sampai SMU di Magelang, menyelesaikan gelar sarjana Sastra pada tahun 2003 di salah satu Universitas Negeri di kota Semarang dan meraih gelar Magister nya di kotaYogyakarta tahun 2018. Dengan motto ‘ sebaik baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain’, penulis ingin terus menebarkan dan membagikan pengalamannya melalui tulisan.